Rabu, 29 Desember 2010

jakarta=macet

Saya tahu kalau jakarta itu macet, bukan hal baru karena berita tentang kemacetan Jakarta bagaikan makanan sehari-hari yang dihidangkan oleh media-media Indonesia. Namun, saya baru merasakan kemacetan jakarta ketika menginjak bangku kuliah. Bersekolah di SD,SMP dan SMA  yang berada dekat rumah, membuat saya tidak mengenal dengan kemacetan Jakarta. SD, SMP diseberang rumah, tinggal jalan kaki kalau mau sekolah, SMA naik ojek.
Bertempat tinggal di slipi, Jakarta barat dan menggantungkan cita-cita di universitas yang berada di pinggiran kota (baca: depok) membuat saya harus bersusah payah memeras darah menaiki bus yang melewati berbagai jalan protocol di Jakarta. Naik bus jurusan grogol- depok memberikan saya banyak pengalaman. Pertama kali naik bus itu aja saya sudah melihat kecelakaan, motor nabrak separator busway.  Selama satu setengah tahun berkuliah saya telah mengumpulkan banyak kenangan-kenangan tentang kecelakaan ibukota. 

Pernah liat dua motor saling bertabrakan? Saya pernah

Pernah liat motor nyerosot dan pengendaranya masuk ke kolong bus yang Anda tumpangi? Saya pernah

Pernah liat dipinggiran rel kereta api banyak orang berkumpul dan ngeliatin sesuatu  yang ditutupi Koran? Saya pernah

Pernah duduk di dasbor bus kaya pajangan anjing-anjingan? Saya pernah (oke yang ini bukan kecelakaan)

Pernah baca tulisan ga jelas kaya ini? Semoga ga sering-sering

Intinya adalah saya lebih suka tinggal jauh dari kemacetan ibu kota. Memiliki rumah kecil dengan pagar putih ,memilih kebun buah dan sayuran untuk menghias halaman, berkendara dengan sepeda, rasanya lebih damai dibandingkan hidup saya sekarang ini di Jakarta.