Rabu, 30 Maret 2016

Welcome to the 'real' world!

Halooo kembali lagi bersama si gadis depok!

Kayaknya penulis yang ini lagi sering mampir ke sini. Harap maklum kalau beberapa postingan terakhir personanya sama. Penulis yang ini lagi galau maksimal. Harap dicatat kalau galau di sini bukan berarti tentang lelaki! 
Jadi kangen jaman kuliah s1. Kalau dulu lagi galau, ketemu temen-temen kampus juga jadi sumringah lagi. Huaaaa waar blijft de tijd? Gue kangen lo semuaaaa.

Kali ini penulis mau nulis untuk menyalurkan kekangenan penulis sama masa itu.

Mungkin akan tiba waktunya dalam hidup setiap orang, di mana kita akan benar-benar struggle sendirian. Mungkin sekarang ya lagi momennya. Usia segini emang lagi masanya begitu, ya meis? Kalau kalian merasakan hal itu, setidaknya kalian harus tau, kalian gak sendirian.

Kalau kalian lagi butuh temen dan ngerasa gak bisa lagi ketemu anywhere anytime, padahal kalian lagi pingin banget, gue paham itu pasti sedih banget. Tapi kadang kita cuma bisa mencoba berdamai dengan keadaan dan yakin kalau ini emang lagi masanya. Pasti ada saat di mana sebagian dari pemikiran kita dituntut untuk lebih dewasa. Mimpi kita perlahan pergi dari bayangan, yang harus kita hadapi setiap hari ya realita, yang mungkin gak pernah kita duga sebelumnya.

Semoga hidup kita gak kayak robot yang ga punya keinginan pribadi ya, meis. Kita masih berhak untuk berharap hal-hal yang menyenangkan akan datang, hal-hal yang sesuai keinginan kita, atau bahkan lebih dari itu.

Badan kita boleh mini, tapi hati kita jangan (tsaaaah).

Babay,
Kecup sayang dari depok city.

Rabu, 09 Maret 2016

Makan Enak = Bahagia

Sepertinya penulis sedang keranjingan menulis, mungkin karena stress gak ada ide untuk menulis kalimat di tesis.

Kali ini penulis mau cerita tentang hal tidak penting lagi (tentunya...).

Jadi gini, kalau penulis disuruh menyebutkan dua hal yang membuat penulis bahagia, mungkin penulis akan bilang..."makanan dan... makanan".
Sebenarnya sih dibilang doyan makan juga engga. Tapi penulis bisa happy berkepanjangan kalau sekalinya nemu makanan enak (ya, bahagianya penulis secetek itu).

Lalu apa hubungannya dengan yang akan penulis sampaikan selanjutnya? Tentu tidak ada! Tulisan ini se-random pikiran penulis.

Kemarin penulis baru saja ngumpul bersama dua orang admin grup ini, ditambah dua orang lagi, yaitu ima dan mute (dua orang itu masih sedikit lebih "waras" daripada kami, tapi kami masih menunggu waktu hingga tiba waktunya mereka menjadi "geser" seperti para penulis di blog ini).

Sehari sebelum hari H, penulis di-sms oleh jani, katanya disuruh cek line. Apa daya aplikasi line telah dihapus dari hp penulis, dan kebetulan sedang tidak menggunakan paket internet untuk mengunduh line lagi, dan wifi di rumah belum bayar, dan kalaupun sudah bayar penulis sedang tidak berada di rumah, jadi penulis tidak bisa mengecek line. Akhirnya jani yang mengerti keadaan penulis pun dengan sabar dan lapang dada memberitahukan bahwa saya diajak untuk ke Bogor, mau main ke rumah ima katanya. Penulis pun berpikir untuk mengiyakan meskipun pas lihat dompet cuma ada ktp sama bon indomar*t (semenjak meneruskan kuliah, penulis makin kere lah pokoknya, mana duitnya masih aja abis buat beli buku, fotokopian, pergi ke tempat penelitian, tapi penulis masih bisa makan saudara-saudara! Alhamdulillah). Penulis berpikir toh mau main ke rumah ima, ga banyak keluar duit paling, oke lah, kayaknya penulis masih bisa idup di Bogor. Akhirnya penulis setuju untuk ikut dan janjian ketemu mereka jam 9 pagi di stasiun Bogor..

Keesokan harinya penulis bangun kesiangan karena malamnya baru pulang jam 2 ketika ayam berkokok melihat malaikat turun. Tenang saudara-saudara, penulis bukan gadis malam, wong kena angin malam dikit langung masuk angin kok. Penulis kebetulan pulang malam karena menghadiri pertemuan keluarga sampai larut malam.

Oke, kembali ke cerita (lah dari tadi bukan cerita emangnya?).

Karena kesiangan, penulis akhirnya mengirim sms ke jani, apakah mereka bersedia menunggu, kalau tidak penulis akan lanjut bobo cantik lagi. Hahaha. Tapi karena lagi-lagi mereka baik hati, penulis pun tetap ikut akhirnya. Dan setelah di perjalanan, penulis baru tau kalo ternyata ima sang empunya Bogor lebih telat daripada penulis. Hyaaaaat!

Pendek kata, kami sudah berkumpul di stasiun Bogor sekitar jam 10 pagi. Lalu berangkat lah kami ke rumah ima. Sesampai di rumah ima, kami menemukan keponakan ima, sebut saja vio, sedang tergeletak tak berdaya karena diserang dinosaurus. Kami yang panik pun langsung siap menghajar dinosaurus tersebut satu per satu. Tapi ternyata dinosaurus yang berada di dekat vio banyak sekali, kami tidak tahu yang mana yang sudah melukai vio. Karena takut salah hajar, akhirnya kami (terutama saya dan jani) meninggalkan vio seorang diri dan menuju dapur ima untuk makan masakan mama ima. Kebetulan penulis memang belum makan dari rumah. (Note: tolong bedakang mana fiktif mana fakta, kalau gak tau bedanya bisa hubungi penulis langsung)

Setelah makan, penulis goler-goler di rumah ima bersama yang lain. Lalu karena kami bingung mau ngapain lagi, kami memutuskan untuk cemal-cemil di luar (yuhuu makan lagi). Penulis sempat bimbang dan ragu karena lagi-lagi faktor ekonomi menyita pikiran, takut gak bisa bayar makan. Tapi setelah berpikir bahwa di Bogor profesi pengamen sepertinya sangat meyakinkan dan tidak mengenal tempat, maka penulis pun yakin akan ke mana kalo gak punya cukup uang untuk pulang ke rumah.

Awalnya kami berencana akan ngobrol cantik di tempat "nyusu" yang instagramable, tapi ternyata antriannya gak nahan, maka kami pindah ke sebrang tempat tersebut yang antriannya lebih manusiawi. Tapi di sebrang itu bukan tempat "nyusu" melainkan tempat makan besar. Ya gapapa deh yang penting bisa duduk, penulis sudah lanjut usia, pegel pingin selonjoran, eh pas banget tempatnya lesehan.

Kami pun memesan makanan sesuai keinginan. Penulis memesan mie ceker ayam saos padang, soalnya penulis doyan ceker dan kayaknya itu cukup untuk memenuhi hasrat penulis yang masih lapar. Jani pesen mie ceker lada hitam, karena dia pingin makan ceker juga tapi ga seru kalo bumbunya samaan, biar variatif aja jadi beda dikit. Ima, indri, dan mute pesen ifu mie. Sebelum mesen, ima sempet tanya, ifu mie yang kayak apa. Lalu penulis dengan sigapnya bilang, bahwa ifu mie adalah mie kering mentah yang disiram bumbu. Untungnya, ima tidak ilfil dengan penjelasan penulis dan tetap bersikeras untuk memesan ifu mie.

Sambil menunggu makanan datang, kami pun poto-poto. Dasar anak kurang gaul, kami gak tau cara poto yang bagus. Bukannya pamer lagi di tempat makan enak, malah terkesan kayak lagi poto di kosan. Akhirnya indri pun nyeletuk, "Udahan ah capek, udah kebanyakan ganti posisi". Padahal, kami baru poto dengan 2 gaya saja! Susah memang, kami gak bakat jadi anak gaul.

Lalu makanan pun datang. Kami makan dalam diam. Anteng, emang kami diemnya kalo lagi makan doang. Saya yang makan dengan tampang bahagia pun dikomentari oleh jan, "makanannya enak ya?". Dan sayangnya itu betul, manteman. Saya ketauan lagi senyam-senyum di depan makanan enak. Saya semurah itu memang. Makanya kalo lagi bete, dikasih makanan enak juga adem.

Satu per satu selesai makan. Dan... saya masih dengan nikmatnya menggerogoti ceker ayam sampai benar-benar bersih. Dan ceker ayam pun berhasil menyelamatkan hari saya!

Anyway, sebenernya belum selesai ceritanya. Tapi saya pegel. Ntar dah lanjut kapan-kapan ya.

See you babay.

How to survive...

Halooo!

Kirain blog ini sudah berdebu, ternyata masih rajin diberdayakan. Bahkan, postingan terakhir cukup "bergizi", tentang bagaimana cara hidup di Belgia. Gak nyangka bisa rada bener juga isinya.

Untuk yang belum tahu, admin blog ini ada 4 orang, manteman. Jadi, wajar kalau personanya tampak berbeda-beda (tsaaah). Tetapi identitas kami masih dirahasiakan, walaupun foto kami secara nyata sudah tak sengaja terpampang di sini. Begitulah, kami gagal menjadi semacam agen rahasia.

Admin yang ini sudah lama gak mampir, tapi begitu liat admin yang lain masih suka nulis, saya jadi iri pingin nulis juga (anaknya suka iri emang). Tapi bingung mau nulis apa. Yaudah, karena udah ada yang nulis 'How to survive living in Belgium', saya mau nulis tentang....

'How to survive living in Indonesia, usia 24-25 tahun, masih single (gak rela dibilang jomblo), gebetan pun tak punya, sementara teman-teman lain sudah ganti popok anak tiap hari'.

Yak, usia kami dalam rentang segitu, pembaca! Kami sudah (hampir) seperempat abaaaad!!!! Lalu apa yang masih sering kami lakukan?

- Menunggu-nunggu komik Hai Miiko terbaru terbit, dan gak bisa move on dari tokoh Tappei yang ada di dalamnya. Lalu, ketika sudah terbit, kami masih saja terpesona dengan betapa manisnya Tappei memperlakukan Miiko.

- Hunting jam tangan lego dengan tokoh kartun anak-anak macam superman, wonderwomen, dll.

- Siap siaga kalau ada diskon sneakers di waktu tertentu, misal buy 1 get 2 pas tahun baru. Sementara ga pernah excited kalau ada diskon high heels dengan 15 cm menjulang di atas tanah (emang kapan juga pernah aware diskon high heels?).

- Mencoba bikin infused water biar sehat, tapi tetep paling sumringah kalau makan ayam kf*c dan pizza (yang ini dirimu, ndri. Peace, love, and kami padamu selalu).


Yah, itulah kira-kira beberapa hal yang masih kami lakukan, di samping masih banyak hal absurd lainnya. Dan kami (mencoba) bahagia!!!! Huahahaha.

Sebetulnya sih, liat satu-persatu temen ngasih info mau nikah, bikin mupeng juga (apa gue doang yang begitu?). Tapi terus (selanjutnya pake persona diri sendiri aja ya) saya sadar kalau alasan menikah hanya karena umur, ngeri juga. Lagipula cari suami yang masih mau menemani istrinya hunting komik dan sneakers mungkin agak susah. Jadi yasudahlah, saya percaya semua akan datang pada waktunya. Macam kucing saya yang selalu datang kalau ada lapernya. Pokoknya, menikah itu jangan hanya karena alasan usia. Menikah itu karena Allah.

Yuk, kita ngaji!