Senin, 11 Mei 2015

How to Survive Living in Belgium


Hai semuanya. Kali ini penulis akan sharing pengalaman penulis tinggal di Gent, Belgia selama 3 minggu sebagai seorang mahasiswa kere dari Indonesia. Untuk pembaca yang mau kuliah ke luar negeri atau sekedar liburan ke Belgia, semoga tulisan ini bisa menjadi referensi.

Sebelum bahas lebih lanjut, coba kita mengenal kota Gent, tempat penulis tinggal, secara lebih dekat. Gent atau Ghent adalah kota di Belgia yang sering dibandingin sama Venice. Secara geografis, Gent lebih dekat ke Belanda, oleh karena itu orang Gent berbicara Bahasa Belanda. Seperti yang saya pelajari di bangku kuliah, Belgia itu negara yang unik. Orang Belgia berbicara dengan tiga bahasa, tergantung letak geografisnya. Kalo kota yang berbatasan dan dekat ke Belanda, maka orang di kota tersebut berbicara Bahasa Belanda. Bahasa Belandanya pula agak berbeda dengan Bahasanya orang Belanda beneran. Kalo orang Belgia memproduksi fonem “g” lebih halus ketimbang orang Belanda yang kedengeran kaya sedang berusaha ngeluarin lendir dari tenggorokan. Kedua bahasa lain yang dikuasai orang Belgia yaitu Bahasa Jerman dan Perancis. Lagi-lagi tergantung letaknya lebih deket ke mana, Jerman atau Perancis. Konon katanya kota yang berbahasa Perancis macam Brussels atau sering disebut juga Bruxelles pada sombong-sombong. Bener atau engganya nanti penulis share lain waktu, soalnya penulis juga pernah berkunjung ke Brussels.

Karena beda benua, jadi perbedaan antara Jakarta dan Gent itu jauuh banget. Ga usah bicara tentang budaya, bahasa atau masyarakatnya dulu deh. Di Gent bahkan langit dan rumputnya beda sama Jakarta. Langitnya lebih biru dan rumputnya lebih hijau. Kalo di Jakarta penulis bingung sama peribahasa “rumput tetangga selalu lebih hijau” karena belum pernah ngeliat rumput hijau segar di Jakarta, bahkan rumput GBK warnanya butek. Di Gent semua rumput, walaupun rumput liar di halaman, warnanya hijau macam rumput di lapangan bola Liga Inggris. Pasti sapi Gent juga lebih bahagia karena rumputnya lebih enak buat dimakan.

Kembali ke tema..

Bagaimana tinggal di negeri biru sebagai orang asia tenggara?

Supaya hemat bisa beli makanan di frituur (kedai gorengan), toko kebab, pizzeria (yang ini bisa patungan sama temen), atau beli bahan makanan di mini market.

Waktu penulis ke Gent itu pas musim panas. Panasnya kira-kira sama kaya di Bandung, eh itu ga panas ya, malah sejuk. Ya pokoknya walaupun mataharinya bersinar cerah belum tentu udara di Gent panas. Ditambah lagi sinar matahari jarang muncul di Gent, walaupun musim panas juga. Dan anginnya itu loh, sering banget berhembus dan  kaya masih nyisa angin musim semi, dingiiin.

Nah klo udara dingin biasanya hasrat untuk mengudap menjadi lebih besar. Makananpun juga menjadi faktor penting untuk hidup di Gent. Mungkin beberapa hari pertama kita sangat excited mengeksplor makanan-makanan khas Belgia, icip sana-sini, nyobain semua kombinasi french fries dengan sausnya, dll. Untuk yang belum tau, french fries di Gent berbeda dengan yang suka kita temui di restoran fast food Amerika. Kenapa? Kebanyakan orang makan french fries pake mayonnaise. Kebayang ga sih udah makan gorengan terus ditambah lemak dari mayo juga. Tapi selain itu Gent juga punya banyak saus pendamping french fries, macam  ketchup, curry sauce, curry ketchup (mildly spiced mix of the former), hot sauce, relish, mustard, bearnaise sauce, tartar sauce, chili, tzatziki, feta cheese, garlic sauce, fry sauce, butter, sour cream, ranch dressing, barbecue sauce, gravy, honey, aioli, brown sauce, ketchup, lemon juice, piccalilli, pickled cucumber, pickled gherkins, pickled onions or pickled eggs. Kenapa saya bisa tau jenis saus sebanyak itu? Karena saya copy dari wikipedia, haha. Saus yang baru pernah saya cobain cuma mayo, ketchup, curry ketchup, dan yang paling enak joppiesauce.

Orang Belanda dan Belgia mirip-mirip loh sama orang Indonesia, sama-sama suka gorengan. Selain french fries, di sana juga ada kroket, bitterballen, dan sebangsanya. Makan gorengan tiap hari pasti eneg, walaupun lumayan harganya murah, dengan 2 euro udah bisa makan. Tapi lama kelamaan, dna orang asia ga bisa boong. Seminggu di Gent udah sakau indomie sama nasi. Beruntung saya udah nyetok indomie dari Jakarta. Untuk nasi, saya beli beras Thailand di mini market terdekat, bisa di delhaize atau carefour express, mudah ditemukan dan ga perlu repot-repot cari di minimarket asia. Masaknya juga mudah, cukup masak air sampai mendidih, terus masukkin berasnya berserta plastik pembungkusnya. Oia berasnya itu dalam satu kemasan terdiri dari beberapa  packages.   

Macam di bawah ini. Saya cek di internet harga satuannya €3,13, dan terdiri dari 4 packages. Bisa buat makan dua hari kalo pake porsi saya, lumayan kan. Ngolahnya juga gampang, beli bawang putih, terus bikin nasi goreng deh, atau makan bareng ceplok telor.


Kalo lagi mau bergaya eropa dikit, bisa beli pasta mentah beserta saus pasta di mini market. Ini bahkan lebih murah. Triknya, beli pasta dengan merk yang paling murah, sausnya juga, kalo perlu beli yang mereknya sama kaya brand mini market tempat kita belanja. Selain itu frozen food juga boleh dicoba. Frozen pizza yang large itu harganya cuma 2 euro sodara-sodara, bisa buat makan seharian (kalo saya). Untuk asupan buahnya juga bisa didapat dengan harga murah. Caranya? Jangan beli buah yang tempat penanamannya jauh atau lagi ga musim. Jangan coba-coba ngidam salak, durian, duku atau buah tropis lainnya kalo lagi di Eropa. Mahal cuuy. Kalo penulis milih buah kiwi, karena kiwi mahal di Indo, sedangkan di Eropa murah. Udah gitu dijualnya per keranjang kecil lagi, bisa dimakan berhari-hari kalo ditaro kulkas.

Makanan lain yang mahal di Indo tapi murah di Eropa itu salmon. Jangan beli yang fresh, tekan budget dengan beli salmon asap. Walaupun diasap, salmonnya masih seger kok, soalnya yang mateng cuma bagian atas aja, dalemnya masih kenyal, enak banget pokoknya. Pengolahannya juga bisa dimacem-macemin, bisa makan bareng salad, atau dijadiin sandwich. Kalo dijadiin sandwich bisa buat makan bertiga. Tipsnya, jangan beli roti tawar bisa, beli roti baguette, harganya juga ga sampe satu Euro dan masih fresh from the oven. Biar enak dioles gezouten boter atau salted butter.

 Cek harga di http://nl.delhaize.be/en


Gimana caranya menghemat ongkos transport dalam kota?

Gampang, jalan kaki kemana-mana. Sebenernya disini ada tempat penyewaan sepeda, tapi agak mahal, kira-kira  €5 seharian. Ditambah lagi kalo punya badan hobbit macam penulis, dijamin susah buat dapet sepeda yang pas, kecuali sepeda buat anak-anak. Selain itu, kita juga bisa memanfaatkan tata kota Eropa yang ciamik. Untuk kota kecil macam Gent, ga susah kok untuk jalan keliling kota. Kota-kota di eropa itu tersentralisasi, jadi pusat kehidupan dan wisata ada di pusat kota atau Het Centrum. Bisa liat gambar di bawah, asrama penulis ada di Home Uppsala, Stalhof 47 dan penulis kalo ke Het Centrum jalan kaki, misalnya penulis mau jalan-jalan (secara harafiah) ke kastil peninggalan abad kesepuluh, Gravensteen, penulis tinggal jalan kaki. Penulis juga jalan kaki pas ke Citadelpark dan stasiun di belakang Citadelpark. Dua kata buat jalan kaki, murah, sehat.


Bisa juga beli kartu Lijnkaart atau semacam kartu abonemen yang bisa digunakan untuk bus dan trem. Satu kartu untuk 10 kali perjalanan harganya €14, 50 % lebih murah ketimbang beli tiket. Ada juga Lijnkaart yang sistemnya harian, baik untuk sehari, tiga hari atau lima hari.


Untuk penyewaan sepeda bisa liat di http://www.max-mobiel.be/
Informasi Lijnkaart bisa liat di https://www.delijn.be

Ngehemat mulu, seneng-senengnya kapan?
Kata siapa rekreasi pasti mahal. Di Gent ada berbagai tempat wisata gratis loh.
 1.       Gereja

Gereja bukan cuma tempat buat ibadah. Masih menyusung aliran gothic, membuat arsitektur gereja di Gent terlihat sangat nyeni, indah, misterius dan seram sekaligus. Wisata di gereja keren loh, hitung-hitung wisata religi, kesenangan dapat, pahala juga dapat.

2.    Taman kota
Seperti yang sudah penulis informasikan sebelumnya, rumput di Eropa tuh beda. Karenanya berkunjung ke taman kota itu wajib. Di sana kita bisa duduk-duduk di rumput (jangan guling-guling, kayang ataupun makan beling), ngeliat pemandangan, jogging, piknik, bahkan nontonin orang pacaran. Oia, bisa nambah temen baru juga loh, soalnya taman bisanya dijadiin tempat perkumpulan komunitas tertentu. Waktu penulis masih di Gent, penulis sempet liat komunitas cosplay di taman, emejing.

3.    Foto-foto di depan tempat wisata
Caranya sama aja kaya kalo foto di depan Monas, ga perlu bayar untuk masuk yang penting ada bukti foto dengan ikon kota. Hal serupa juga bisa dilakukan di depan Eiffel Tower Paris, Il Colosseo Roma, Tokyo Tower dan landmarks lainnya.

  4.  Sungai
Pemandangan paling indah sekaligus kebanggaan Gent itu ada di sungainya. Cukup ngopi santai di kafe pinggir sungai sore-sore. Atau sekedar duduk-duduk ketika malam sambil memandangi pantulan rembulan di atas permukaan sungai itu sangat indah. Kalo weekend biasanya banyak anak muda hang out sambil ngebir juga di pinggir sungai. Seru deh.

  5.       Festival
Gent itu kota festival. Tiap tahun ada berbagai festival diselenggarakan di Gent. Ada Gent Jazz Festival tiap bulan Juli, Polé Polé Festivals selama 10 hari di bulan Juli, Gentse Feesten yang sering disamain dengan Oktoberfest di Munich dan La Fallas di Valencia, OdeGand di tiap bulan September, Licht Festival/Light Festival di bulan Januari-Februari, dan Winter Festival di bulan Desember. Tapi harus diperhatikan, tidak semua festival free entry, rajin-rajin liat informasi di internet kalo mau dapet gratisan.





    


Demikian informasi yang bisa penulis share kali ini. Semoga bisa mempermudah kehidupan pembaca di Eropa sehingga bisa menikmati Eropa, khususnya kota Gent secara maksimal. Heel Bedankt J

Selasa, 28 April 2015

Menjadi dewasa

Hai pembaca-pembaca (maksud gue elu ndri dan gue juga, karena bentuk katanya plural) sekalian. Apa kabar? Sudah bertahun tahun penulis ga posting di blog ini. Tapi karena sekarang penulis punya waktu luang, kalo ada hal yang menarik akan penulis share di blog tak terjamah pembaca ini. Oke kali ini penulis mau nyeritain arisan angkatan tanggal 18 April 2015 lalu. Menurut mandat sang pemenang arisan sebelumnya, bocah depok imut namun penderita beser akut, Fina, arisan bulan April harus dilaksanakan di pinggiran kota tempat para mahasiswa mengggantungkan cita-citanya, yaitu Depok.  Sebenarnya penulis juga turut berperan dalam memilih restoran buat arisan, lebih tepatnya ngeloby Fina supaya arisannya di restoran korea, Mu ji Gae karena penulis belom pernah makan di sana. Hahahah. Alasan lain kenapa anak-anak pada mau arisan di Depok karena selain buat nostalgia masa kuliah juga buat liat bekas kebakaran di margocity. Kurang hiburan yah kami, sedih deh.

Anyway, penulis, Indri, dan Fina memutuskan buat datang lebih dulu dari waktu yang ditentukan buat janjian karena pengen window shopping di Detos sekalian beli kado buat nikahan Sisil. Yak sodara-sodara, Anda tidak salah baca. Sisil mau nikah. KAWIN CUUUY. Sebagai teman satu angkatan kami turut bahagia buat pernikahan Sisil sekaligus merasa campur aduk. Mereka yang terlalu cepat dewasa atau kami yang terlalu bocah? Boro-boro nikah, gebetan aja ga punya dan dengan indahnya kami tidak berusaha buat nyari. Super sekali. Pada akhirnya setelah muter-muter matahari Detos, kami tidak menemukan barang yang bagus buat hadiah Sisil dan langsung ke menuju tempat janjian di Margocity.

Baru mau menyusuri lantai dasar, kami berjumpa dengan Chandra dengan bibir merah menyala ala Taylor Swift. Akhirnya kita berempat pergi ke Mu Ji Gae dan langsung pesan makanan, sambil nunggu temen-temen yang lain datang.  Setelah mulai rame, kami semua saling mengabsen satu sama lain, siapa aja yang belum dateng. Dan pada arisan kali ini yang paling banyak ditanyain itu ialah Ima. Berhubung Indri dan Ima sama-sama bekerja sebagai kuli tinta di redaksi yang sama, jadilah Indri bulan-bulanan bagi mereka yang nanyain Ima.

A: “Ndri, Ima kemana? Kok ga dateng?”
Indri : “Ima udah punya pacar”
A: ???

B: “ Ndro, Ima kok ga keliatan? Kemana?”
Indri : “Ima udah punya pacar”

C: “Ndri, Im,,
Indri: “ IMA UDAH PUNYA PACAR”

Entah kenapa semua pertanyaan tentang Ima dijawab dengan jawaban yang sama oleh Indri. Mungkin Indri hanya ingin berbagi kabar gembira dan menjadi juru bicara bagi Ima. Yah, Ima memang termasuk “it girl” di jurusan kami. Parasnya yang cantik, hidung mancung, intelegensi tinggi, berpakaian muslimah, pokoknya gambaran gadis padang solehah se FIB UI deh. Banyak juga kawan-kawan, baik yang seangkatan atau enggak , yang termehek-mehek gara-gara Ima. Walaupun dideketin banyak orang tapi doi ga ngerespon sama sekali. Makanya semua pada amazed pas tau kalo Ima udah punya pacar. Ima punya blog juga loh, semoga dia ga baca tulisan ini.
Sebenarnya Ima ga dateng ke arisan kali itu karena kakaknya lamaran dan akan nikah keesokan harinya, ga ada hubungannya sama pacar sama sekali.


Balik lagi ke arisan, selain agenda utama ngocok arisan, sebenarnya tujuan lain dari pertemuan ini ialah ngerumpi (ngomongin orang-red). Tapi kali ini karena Sisil mulai membuka jalan untuk status baru, dan kami anggap itu merupakan sebuah langkah yang besar, jadi obrolan kali ini lebih dalam, terutama tentang kehidupan. Ternyata, hampir semua orang pada ga puas sama kehidupannya. Yang kerja pengen kuliah lagi, yang lagi kuliah pengen kerja, yang kerja swasta pengen jadi pegawai negeri, yang pegawai negeri pengen resign (itu saya). Setelah lulus kuliah, kita memang dituntut untuk dewasa. Kadang kita belum siap atau belum tau mau melakukan apa buat masa depan. Pada saat itu pula, kita sadar kalo apa yang kita bayangkan tidak sesuai dengan kenyataan, kita harus mengubur mimpi kita, kita akan lebih jarang tertawa. Semua orang sepertinya hidup lebih baik dari kita. Welcome to quarter life crisis when the reality hits really hard.

Tapi apapun yang terjadi, kita harus menjalani hidup kita dengan baik. Walaupun kamu merasa menjalani kehidupan tanpa makna, berikanlah makna bagi hidupmu. Saya ingat sebuah kalimat dari penyair Belanda yang berkata ; Dalam kehidupan yang tak bermakna, atau bahkan tidak diketahui apakah kehidupan itu punya makna atau tidak, tersimpan kesedihan yang mendalam.

Bagi mereka yang mempunyai pekerjaan yang membosankan, tidak memberikan pengaruh bagi orang banyak, dan hanya bekerja hanya sekedar karena diterima bekerja, ingatlah “ Your job can not define you you are”. Okelah, kalo punya pekerjaan yang membosankan dan berada di lingkungan yang membosankan, tapi jati dirimu di luar itu. Kalo kalian kesulitan menentukan jati diri, buka kembali catatan-catatan lama, buku harian, status facebook, blog dan media sosial lainnya. Lihat apa yang orang lain katakan tentang kalian, juga reaksi mereka. Kalian akan melihat pribadi kalian yang sesungguhnya.

Saya sendiri memutuskan mau cari kesibukan dan hobi baru setelah selesai kerja jam 4. Mungkin mau mulai les gitar atau ikut yoga. Sebisa mungkin mau memisahkan antara pekerjaan dan karir, serta menjalani keduanya dengan maksimal.

Sekian curhatannya. Terima kasih.