Sabtu, 15 Oktober 2011

Sirup

Memasuki tahun ketiga dalam dunia perkuliahan berarti harus menghadapi materi yang lebih sulit, tugas yang lebih banyak, ujian yang soalnya lebih absurd, jadwal kuliah yang sampe sore, dan jerawat yang semakin banyak. Di tahun ketiga ini penulis harus berpisah dengan para partner in crimenya karena berada di kelas yang berbeda. Bosen, garing, datar , itulah yang dirasakan penulis pada awalnya, dan tekadang teman-teman sekelas penulis sekarang harus menahan gejolak pengen ngerajam penulis karena tingkat kejayusan penulis sekarang sudah mencapai boiling point. Hal ini disebabkan karena penulis jarang melampiaskan kejayusannya ( you should feel sorry to me guys). Di sela-sela kesibukan, kami berempat mengusahakan untuk mengadakan temu kangen setiap minggu, jadwal kelas yang berbeda menyebabkan kami jarang ketemu untuk membicarakan hal-hal yang ga penting dan untuk sekedar melepaskan diri dari stress semester 5. Makan siang di Detos, cabut kelas buat nonton di margo, cabut kelas untuk belanja di pasar BIPA, dan melakukan donor darah kami lakukan sebagai pelipur lara di semester ini. Untuk dua kegiatan yang di sebutkan paling akhir, akan di sediakan paragraf sendiri untuk menceritakannya.


Senin,10 oktober 2011 di FIB diselenggarakan ajang Pencarian jodoh jual beli antara mahasiswa asing dan mahasiswa pribumi. Bagi sekelompok orang tertentu, acara ini dapat menjadi ajang cuci mata, terutama jika yang ingin memperbaiki keturunan dengan cara menggaet pacar bule. Penulis dan teman-teman sendiri secara rutin ke pasar BIPA untuk berwisata kuliner, dan ngetawain dalam hati aksen mahasiswa asing kalo berbahasa Indonesia. Pada kesempatan kali ini, Indri dan Fina tidak dapat mengikuti pasar BIPA karena mereka ada kelas Bahasa Spanyol dasar, sementara penulis dan Mely tetap pergi ke pasar BIPA walaupun ada kelas. Sebelum jam operasi pasar di mulai, terlihat banyak orang sudah memadati pintu masuk. Karena males di kira mental terjajah, penulis dan Mely pergi muterin gedung 4 buat ngabisin waktu. Muterin gedung 4 sekali, belum buka pasarnya. Muterin 7 kali,eeeh jadi haji yang mabrur (engga deng). 


Setelah pasar di buka, kami pun berjalan sambil liat-liat jenis makanan yang di jual, tortilla yang di jual di stand mexico ( ga tertarik,bisa di beli di minimarket), kebab yang di jual di standturki (ga tertarik, bisa nemu di pinggir jalan), kue beras pedas yang di jual di stand korea (udah pernah 2 kali beli di pasar BIPA tahun kemarin). Akhirnya kami muter-muter cari makanan yang belum pernah kita makan, dan ketika kami lewat stand yang menjual bibimbap, penjualnya yang seorang pria korea mendekati kami dan berbisik "ayo beli,murah, hanya 10ribu", kami pun pergi berlalu sambil liat-liatan (baru sekali ada orang jualan yang bisik-bisik, siapa yang mau beli kalo jualannya begitu). Finally, ketika mencium aroma yang sedap di stand jajangmyeon, kami pun memutuskan untuk membeli panganan yang namanya susah untuk diucapkan itu. Sukses, kami pun beranjak ke luar kawasan pasar untuk menyantap makanan yang sudah tersaji di mangkok. Dengan penuh semangat kami ngaduk-ngaduk mienya agar tercampur dengan saus berwarna hitam yang berada di atas mie ( saking semangatnya ngaduk, saya sampai menodai baju putih yang saya pakai), setelah tercampur kami langsung melahapnya, haap, dikunyah, telan, dan terjadi hening yang panjang. Ternyata rasanya ga seenak aromanya, bahkan rasanya cenderung hambar. Dengan penuh sesal kami pun mencoba melahap sedikit demi sedikit. Putus asa dengan mie yang tak kunjung habis,kami pun beralih ke rencana B, yaitu nawarin mie itu ke teman-teman untuk mencobanya. Rencana B rupanya tidak sukses, maka dengan berat hati kami meninggalkan mangkuk berisi jajangmyeon diatas meja, walaupun kami tahu menyisakan makanan itu tidak baik, terutama saat di belahan dunia lain terjadi banyak kelaparan. Maafkan kami.


Makan babak pertama selesai, kami masih lapar. Menggingat insiden  jajangmyeon yang kami tertipu oleh aroma, maka kami memutuskan untuk menerapkan strategi baru dalam wisata kuliner kali ini, yaitu mencari stand yang penjualnya menarik (jangan ditiru). Dan pilihan kami jatuh kepada stand makanan Jepang. Kenapa kami memilih stand makanan Jepang? karena muka penjualnya seperti orang baik-baik,hahaha. Alhasil kami membeli makanan khas Jepang-yang saya lupa namanya apa- dan sekalian nanya-nanya kepada penjualnya tentang makanan yg di jual.

pertama saya bertanya : "ini makanan apa?"

penjual menjawab : "ini -biiiip(menyebutkan nama makanan yang saya lupa namanya)-"

saya nanya lagi : "ini rasa apa?"

penjual  nyebutin rasa makanannya dalam bahasa jepang

dalam hati saya : heyaa,nenek-nenek juga tau ,lah wong nama rasanya(yang dalam bhs Jepang) tertera di poster yang dipajang di atas stand, maksudnya saya nanya ialah supaya dijawab dengan Bahasa Indonesia, karena saya ga ngerti kalo dia ngejelasin rasa makanannya pake Bahasa Jepang, sekalian membantu mereka ngelancarin Bahasa Indonesia.

akhirnya saya nanya lagi sama penjualnya minta penjelasan rasa yang tadi.

ada kira-kira 5 orang Jepang di stand itu dan semuanya diam (kayanya lagi mikir)

tiga detik kemudian seorang pemuda Jepang menjawab pertanyaan saya dengan singkatnya : "sirup"

Saya diam, menghela napas, ngangguk dengan janggal, melakukan transaksi dan pergi.
Sirup, benar-benar jawaban yang singkat dan sangat general. Sampai sekarang saya belum tahu sirup rasa apa yang di maksud penjual. Sayang, penjualnya mirip sama tokoh-tokoh di film kamen rider, jadi saya harus cukup puas dengan jawaban yang ia berikan.
oia mengenai rasa dan tekstur makanan ini, bentuknya mirip dango , kata mely sih lebih mirip biji salak, terus rasanya hambar kalo ga pake sirup, dan rasa sirupnya ga kaya sirup waktu saya makan dango bakar manis di Jak-Japan Matsuri 2011, rasanya lebih mirip sirup gula merah. Tapi rasanya masih jauh lebih baik lah daripada jajangmyeon.

sambil makan kami ngeliat keadaan sekitar, wah rupanya cukup banyak orang yang foto bareng bule-termasuk dua orang teman kami-. Tapi kami ga ikut-ikutan, mely sendiri punya prinsip ga akan foto sama bule kecuali bule itu artis. Semester kemarin Mely pernah berfoto bareng bule, artis sih walaupun ga terkenal di Indonesia. Sehingga saya tidak bisa meledek Mely karena bule tersebut memenuhi syarat foto bareng. nasipp

Baiklah, sepertinya saya akan menyudahi tulisan ini. mengenai donor darah akan saya posing di postingan berikutnya.

salam loser


 

2 komentar:

  1. ooh. begitu, jadi lo udah niat ngeledek gue? cih. kayanya tulisannya di edit di beberapa bagian yak??

    BalasHapus