Rabu, 09 Maret 2016

How to survive...

Halooo!

Kirain blog ini sudah berdebu, ternyata masih rajin diberdayakan. Bahkan, postingan terakhir cukup "bergizi", tentang bagaimana cara hidup di Belgia. Gak nyangka bisa rada bener juga isinya.

Untuk yang belum tahu, admin blog ini ada 4 orang, manteman. Jadi, wajar kalau personanya tampak berbeda-beda (tsaaah). Tetapi identitas kami masih dirahasiakan, walaupun foto kami secara nyata sudah tak sengaja terpampang di sini. Begitulah, kami gagal menjadi semacam agen rahasia.

Admin yang ini sudah lama gak mampir, tapi begitu liat admin yang lain masih suka nulis, saya jadi iri pingin nulis juga (anaknya suka iri emang). Tapi bingung mau nulis apa. Yaudah, karena udah ada yang nulis 'How to survive living in Belgium', saya mau nulis tentang....

'How to survive living in Indonesia, usia 24-25 tahun, masih single (gak rela dibilang jomblo), gebetan pun tak punya, sementara teman-teman lain sudah ganti popok anak tiap hari'.

Yak, usia kami dalam rentang segitu, pembaca! Kami sudah (hampir) seperempat abaaaad!!!! Lalu apa yang masih sering kami lakukan?

- Menunggu-nunggu komik Hai Miiko terbaru terbit, dan gak bisa move on dari tokoh Tappei yang ada di dalamnya. Lalu, ketika sudah terbit, kami masih saja terpesona dengan betapa manisnya Tappei memperlakukan Miiko.

- Hunting jam tangan lego dengan tokoh kartun anak-anak macam superman, wonderwomen, dll.

- Siap siaga kalau ada diskon sneakers di waktu tertentu, misal buy 1 get 2 pas tahun baru. Sementara ga pernah excited kalau ada diskon high heels dengan 15 cm menjulang di atas tanah (emang kapan juga pernah aware diskon high heels?).

- Mencoba bikin infused water biar sehat, tapi tetep paling sumringah kalau makan ayam kf*c dan pizza (yang ini dirimu, ndri. Peace, love, and kami padamu selalu).


Yah, itulah kira-kira beberapa hal yang masih kami lakukan, di samping masih banyak hal absurd lainnya. Dan kami (mencoba) bahagia!!!! Huahahaha.

Sebetulnya sih, liat satu-persatu temen ngasih info mau nikah, bikin mupeng juga (apa gue doang yang begitu?). Tapi terus (selanjutnya pake persona diri sendiri aja ya) saya sadar kalau alasan menikah hanya karena umur, ngeri juga. Lagipula cari suami yang masih mau menemani istrinya hunting komik dan sneakers mungkin agak susah. Jadi yasudahlah, saya percaya semua akan datang pada waktunya. Macam kucing saya yang selalu datang kalau ada lapernya. Pokoknya, menikah itu jangan hanya karena alasan usia. Menikah itu karena Allah.

Yuk, kita ngaji!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar